Membaca Al-Quran Dengan
Tajwid
Dalam
membaca Al-Quran agar dapat mempelajari, membaca dan memahami isi dan makna
dari tiap ayat Al-Quran yang kita baca, tentunya kita perlu mengenal,
mempelajari ilmu tajwid yakni tanda-tanda baca dalam tiap huruf ayat Al-Quran.
Guna tajwid ialah sebagai alat untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek,
melafazkan dan hukum dalam membaca Al-Quran.
Tajwīd
(تجويد) secara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan
indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata ” Jawwada ”
(جوّد-يجوّد-تجويدا) dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti
mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang
dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara
melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran
maupun Hadist dan lainnya.
Dalam
ilmu tajwid dikenal beberapa istilah yang harus diperhatikan dan diketahui
dalam pembacaan Al-Quran, diantaranya :
a.
Makharijul huruf, yakni tempat keluar masuknya huruf
b.
Shifatul huruf, yakni cara melafalkan atau mengucapkan huruf
c.
Ahkamul huruf, yakni hubungan antara huruf
d.
Ahkamul maddi wal qasr, yakni panjang dan pendeknya dalam melafazkan ucapan
dalam tiap ayat Al-Quran
e.
Ahkamul waqaf wal ibtida’, yakni mengetahui huruf yang harus mulai dibaca dan
berhenti pada bacaan bila ada tanda huruf tajwid
f.
dan Al-Khat dan Al-Utsmani
Arti
lainnya dari ilmu tajwid adalah melafazkan, membunyikan dan menyampaikan dengan
sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan dalam ayat Al-Quran. Menurut
para Ulama besar menyatakan bahwa hukum bagi seseorang yang mempelajari tajwid
adalah Fardhu Kifayah, yakni dengan mengamalkan ilmu tajwd ketika memabaca
Al-Quran dan Fardhu ‘Ain atau wajib hukumnya baik laki-laki atau perempuan yang
mu’allaf atau seseorang yang baru masuk dan mempelajari Islam dan KitabNya.
Mengenal,
mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta pemahaman akan ilmu tajwid itu
sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus dipelajari, untuk
menghindari kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Quran dan melafazkannya dengan
baik dan benar sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan terdengar indah dan
sempurna.
Berikut
ini ada dalil atau pernyataan shahih dari Allah SWT yang mewajibkan setiap HambaNya
untuk membaca Al-Quran dengan memahami tajwid, diantaranya :
1.
Dalil pertama di ambil dari Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam ayatNya yang
artinya “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil
(bertajwid)”[QS:Al-Muzzammil (73): 4]. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah
SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca Al-Quran yang diturunkan
kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya
(bertajwid).
2.
Dalil kedua diambil dari As-Sunnah ( Hadist ) yang diriwayatkan oleh Ummu
Salamah r.a.(istri Nabi Muhammad SAW), ketika beliau ditanya tentang bagaimana
bacaan Al-Quran dan sholat Rasulullah SAW, maka beliau menjawab: ”Ketahuilah
bahwa Baginda S.A.W. Sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika
beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti
ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika
beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah)
mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W. dengan menunjukkan (satu) bacaan
yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik
At-Tirmizi).
3.
Dalil ketiga diambil dari Ijma atau pendapat para ulama besar Islam. Yakni
kesepakatan para ulama yang dilihat dari zaman Rasulullah SAW hingga sampai
saat ini, yang menyatakan bahwa membaca Al-Quran dengan ber-Tajwid merupakan
hukum atau sesuatu yang fardhu dan wajib.
Hukum-hukum
dalam tajwid beserta komponen ilmu tajwid yang harus dikenal dipelajari,
dipahami serta diamalkan dalam membaca Al-Quran, antara lain :
1.
Hukum Ta’awuz dan Basmalah
Isti’azah
atau taawuz adalah melafazkan atau membunyikannya : “A’uzubillahi minasy
syaitaanir rajiim” (ﺍﻋﻮﺬ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ)
cara
melafazkan basmalah adalah bunyinya:
“Bismillahir
rahmaanir rahiim” (ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺤﻤﻦ ﺍﻟﺮﺤﻴﻢ).
Terdapat
4 cara membaca iati’azah, basmalah dan surat :
a.
memutuskan isti’azah (berhenti) kemudian baru membaca basmalah,
b.
menyambungkan basmalah dengan surah tanpa berhenti,
c.
membaca isti’azah dan basmalah terus-menerus tanpa henti,
d.
membaca isti’azah, basmalah dan awal surat terus-menerus tanpa berhenti.
Terdapat
4 cara membaca basmalah di antara dua surat. Membaca basmalah adalah tanda awal
dimulai suatu bacaan dalam surat Al-Quran. Guna dari membaca basmalah suatu
keharusan dengan tujuan :
a.
Basmalah sebagai pemisah dengan surat Al-Quran yang lain
b.
Sebagai penghubung dengan awal surat Al-Quran
c.
Sebagai penghubung dari kesemua surat Al-Quran
d.
Menghubungkan akhir surat dengan basamalah, lalu berhenti. Namun basamalah
tidak selalu menjadi surat awal yang harus terus dibaca untuk melanjutkan surat
berikutnya. Walau bagaimana pun, tidak harus membaca demikian karena
dikhawatirkan ada yang mengganggap basmalah merupakan salah satu ayat daripada
surat yang sebelumnya.
Dalam ilmu tajwid juga dikenal ada 9 hukum bacaan yang isinya
menjelaskan bagian-bagian tanda baca dan cara melafazkannya atau pengucapannya,
antara lain :
A. Hukum nun
mati dan tanwin, terdiri dari :
Contoh
: ayat diatas merupakan surat Al-Quran ( QS: Al-Baqarah ayat 145 ), huruf yang
diberi warna (merah : izhar halqi), (hijau : idgham), ( biru : ikhfa haqiqi), (
ungu : iqlab).
.
Izhar Halqi
Izhar
halqi bila bertemu dengan huruf izhar maka cara melafazkan atau mengucapkannya
harus “jelas” Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf Halqi (tenggorokan)
seperti: alif/hamzah(ء), ha’ (ح), kha’ (خ), ‘ain (ع),
ghain (غ), dan ha’ (ﮬ).
Izhar Halqi yang artinya dibaca jelas.
Contoh
: نَارٌ
حَامِيَةٌ
2.
Idgham
Hukum
bacaan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Jika
nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti: mim (م), nun (ن),
wau (و), dan ya’ (ي), maka ia harus dibaca lebur dengan dengung.
Contoh:
فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ harus dibaca Fī ʿamadim mumaddadah.
3.
Idgham Bilaghunnah
Jika
nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra’ (ر) dan lam (ل),
maka ia harus dibaca lebur tanpa dengung.
Contoh:
مَنْ لَمْ harus dibaca Mal lam
Pengecualian
Jika
nun mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi
ditemukan dalam satu kata, seperti بُنْيَانٌ, اَدُّنْيَا, قِنْوَانٌ, dan
صِنْوَانٌ, maka nun mati atau tanwin tersebut dibaca jelas.
4.
Iqlab
Hukum
ini terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ (ب).
Dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berbah menjadi bunyi mim (م).
Contoh:
لَيُنۢبَذَنَّ harus dibaca Layumbażanna
5.
Ikhfa’ haqiqi
Jika
nan mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta’(ت), tha’ (ث),
jim (ج), dal (د), dzal (ذ), zai (ز), sin (س),
syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ),
fa’ (ف), qof (ق), dan kaf (ك), maka ia harus
dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham)
Contoh:
نَقْعًا
فَوَسَطْنَ
B.
Hukum mim mati
Selain
hukum nun mati dan tanwin adapula hukum lainnya dalam mempelajari dan membaca
Al-Quran yakni Hukum mim mati, yang disebut hukum mim mati jika bertemu dengan
huruf mim mati (مْ) yang bertemu dengan huruf-huruf arab tertentu.
Contoh
bacaan diatas diambil dari (QS: Al-Mu’minun :55-59) yang diberi tanda
warna (biru : ikhfa syafawi), ( merah :
idgham mimi), (hijau : izhar syafawi).
Hukum
mim mati memiliki 3 jenis, yang diantaranya adalah :
1.
Ikhfa Syafawi (ﺇﺧﻔﺎﺀ ﺷﻔﻮﻱ)
Apabila
mim mati (مْ) bertemu dengan ba (ب), maka cara membacanya harus
dibunyikan samar-samar di bibir dan dibaca didengungkan.
Contoh:
(فَاحْكُم
بَيْنَهُم) (تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ) (وَكَلْبُهُم بَاسِطٌ)
2.
Idgham Mimi ( إدغام ميمى)
Apabila
mim mati (مْ) bertemu dengan mim (م), maka cara membacanya adalah
seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung.
Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau mutamasilain.
Contoh
: (أَم
مَنْ) (كَمْ مِن فِئَةٍ)
3.
Izhar Syafawi (ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺷﻔﻮﻱ)
Apabila
mim mati (مْ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim
(مْ) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan
mulut tertutup.
Contoh:
(لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ) (تَمْسُونَ)
C.
Hukum mim dan nun tasydid
Hukum
mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajib al-ghunnah (ﻭﺍﺟﺐ ﺍﻟﻐﻨﻪ) yang
bermakna bahwa pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang
bacaan bagi kedua-duanya adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap
huruf mim dan nun yang memiliki tanda syadda atau bertasydid (ﻡّ dan نّ).
Contoh:
ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺠِﻨﱠﺔ ﻭَﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ
D.
Hukum alif lam ma’rifah
Alif
lam ma’rifah adalah dua huruf yang ditambah pada pangkal atau awal dari kata
yang bermakna nama atau isim. Terdapat dua jenis alif lam ma’rifah yaitu
qamariah dan syamsiah.
-
Alif lam qamariah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti:
alif/hamzah(ء), ba’ (ب), jim (ج), ha’ (ح), kha’
(خ), ‘ain (ع), ghain (غ), fa’ (ف), qaf (ق), kaf
(ك), mim (م), wau (و), ha’ (ﮬ) dan ya’ (ي).
Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa arab yaitu al-qamar (ﺍﻟﻘﻤﺮ)
yang artinya adalah bulan. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah
dibacakan secara jelas tanpa meleburkan bacaannya.
-
Alif lam syamsiah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta’ (ت),
tha’ (ث), dal (د), dzal (ذ), ra’ (ر), zai (ز),
sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط),
zho (ظ), lam (ل) dan nun (ن). Nama asy-syamsiah diambil
dari bahasa Arab (ﺍﻟﺸﻤﺴﻴﻪ) yang artinya adalah matahari. Maka dari itu,
cara membaca alif lam ini tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf
setelahnya.
E.
Hukum idgham
Idgham
(ﺇﺩﻏﺎﻡ) adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu
huruf ke dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan
dengan cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga
jenis idgham:
-
Idgham mutamathilain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻤﺎﺛﻠﻴﻦ – yang serupa) ialah pertemuan
antara dua huruf yang sama sifat dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu
dal dan sebagainya. Hukum adalah wajib diidghamkan. Contoh: ﻗَﺪ ﺩَﺨَﻠُﻮاْ.
-
Idgham mutaqaribain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻘﺎﺭﺑﻴﻦ – yang hampir) ialah pertemuan dua
huruf yang sifat dan makhrajnya hampir sama, seperti ba’ bertemu mim, qaf
bertemu kaf dan tha’ bertemu dzal. Contoh: ﻧَﺨْﻠُﻘڪُﻢْ
-
Idgham mutajanisain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﺠﺎﻧﺴﻴﻦ – yang sejenis) ialah pertemuan
antara dua huruf yang sama makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya seperti ta’
dan tha, lam dan ra’ serta dzal dan zha. Contoh: ﻗُﻞ ﺭَﺏﱢ
F.
Hukum mad
Mad
yang artinya yaitu melanjutkan atau melebihkan. Dari segi istilah Ulama tajwid
dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut
kedudukan salah satu dari huruf mad. Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli
dan mad far’i. Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan ya’ dan huruf
tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Panjang pendeknya bacaan mad
diukur dengan menggunakan harakat.
G.
Hukum ra’
Hukum
ra’ adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra’ dalam bacaan. Terdapat tiga
cara yaitu kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan
ditipiskan.
*
Bacaan ra’ harus dikasarkan apabila:
1.
Setiap ra’ yang berharakat atas atau fathah.
Contoh:
ﺭَﺑﱢﻨَﺎ
2.
Setiap ra’ yang berbaris mati atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya
berbaris atas atau fathah.
Contoh:
ﻭَﺍﻻَﺭْﺽ
3.
Ra’ berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.
Contoh:
ٱﺭْﺟِﻌُﻮْﺍ
4.
Ra’ berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi
ra’ tadi berjumpa dengan huruf isti’la’.
Contoh:
ﻣِﺮْﺻَﺎﺪ
*
Bacaan ra’ yang ditipiskan adalah apabila:
1.
Setiap ra’ yang berbaris bawah atau kasrah.
Contoh:
ﺭِﺟَﺎﻝٌ
2.
Setiap ra’ yang sebelumnya terdapat mad lain
Contoh:
ﺧَﻴْﺮٌ
3.
Ra’ mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak
berjumpa dengan huruf isti’la’.
Contoh:
ﻓِﺮْﻋَﻮﻦَ
*
Bacaan ra’ yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah apabila setiap ra’ yang
berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan
salah satu huruf isti’la’.
Contoh:
ﻓِﺮْﻕ
Isti’la’
(ﺍﺳﺘﻌﻼ ﺀ): terdapat tujuh huruf yaitu kha’ (خ), sod (ص),
dhad (ض), tha (ط), qaf (ق), dan zha (ظ).
H.
Qalqalah
Qalqalah
(ﻗﻠﻘﻠﻪ) adalah bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan
berdetik atau memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf (ق), tha
(ط), ba’ (ب), jim (ج), dan dal (د). Qalqalah terbagi
menjadi dua jenis:
-
Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris
mati dan baris matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.
Contoh:
ﻴَﻄْﻤَﻌُﻮﻥَ, ﻴَﺪْﻋُﻮﻥَ
-
Qalqalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan
karena waqaf atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila
bacaan diwaqafkan tetapi tidak diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.
Contoh:
ٱﻟْﻔَﻟَﻖِ, ﻋَﻟَﻖٍ
I.
Waqaf (وقف)
Waqaf
dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah
tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir
perkataan untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan.
Terdapat empat jenis waqaf yaitu:
-
ﺗﺂﻡّ (taamm) – waqaf sempurna – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan
pada suatu bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di
tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak mempengaruhi arti dan makna dari
bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya
maupun yang sesudahnya
-
ﻛﺎﻒ (kaaf) – waqaf memadai – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada
suatu bacaan secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau
bacaan, namun ayat tersebut masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya
-
ﺣﺴﻦ (Hasan) – waqaf baik – yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa
mempengaruhi makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan
bacaan sesudahnya
-
ﻗﺒﻴﺢ (Qabiih) – waqaf buruk – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan
bacaan secara tidak sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat,
wakaf ini harus dihindari karena bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz
dan maknanya dengan bacaan yang lain.
Tanda-tanda
waqaf lainnya :
1.
Tanda mim ( مـ ) disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di
akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena
wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat
sesudahnya. Tanda mim ( م ), memiliki kemiripan dengan tanda tajwid
iqlab, namun sangat jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya;
2.
tanda tho ( ﻁ ) adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
3.tanda
jim ( ﺝ ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini
walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.
4.
tanda zha ( ﻇ ) bermaksud lebih baik tidak berhenti
5.
tanda sad ( ﺹ ) disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa
lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa
mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya,
dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad
6.
tanda sad-lam-ya’ ( ﺻﻠﮯ ) merupakan singkatan dari “Al-washl Awlaa” yang
bermakna “wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik”, maka dari itu
meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih baik;
7.
tanda qaf ( ﻕ ) merupakan singkatan dari “Qiila alayhil waqf” yang
bermakna “telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya”, maka dari itu
lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan
8.
tanda sad-lam ( ﺼﻞ ) merupakan singkatan dari “Qad yuushalu” yang
bermakna “kadang kala boleh diwasalkan”, maka dari itu lebih baik berhenti
walau kadang kala boleh diwasalkan
9.
tanda Qif ( ﻗﻴﻒ ) bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk
berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca
akan meneruskannya tanpa berhenti
10.
tanda sin ( س ) atau tanda Saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ) menandakan berhenti
seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti
seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan
11.
tanda Waqfah ( ﻭﻗﻔﻪ ) bermaksud sama seperti waqaf saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ),
namun harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas
12.
tanda Laa ( ﻻ ) bermaksud “Jangan berhenti!”. Tanda ini muncul
kadang-kala pada penghujung maupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan
ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat,
pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak
13.
tanda kaf ( ﻙ ) merupakan singkatan dari “Kadzaalik” yang bermakna
“serupa”. Dengan kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang
sebelumnya muncul
14.
tanda bertitik tiga ( … …) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau
Waqaf Ta’anuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana
saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut.
Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua
dan sebaliknya.
Sebenarnya
masih banyak hukum bacaan dan tanda bacaan dalam Al-Quran bila dipelajari
memerlukan waktu pemahaman yang cukup lama agar fasih dan benar dalam membaca,
melafazkan dan pengucapan harakat (panjang-pendeknya suatu bacaan), tajwid
lainnya yang harus dipelajari dan dipahami. Lebih baik lagi apabila mempelajari
kitab Iqro (kitab kecil ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar